Setiap peristiwa di dunia selalu berlaku hukum kemungkinan ( Probabilitas), yaitu mungkin bermakna positif atau negatif. Mewabahnya virus korona (covid 19) yang terjadi di seluluruh dunia juga berlaku hukum probabilias, artinya bisa bermakna ujian atau hukuman dari Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Jika korona dipahami sebagai ujian, maka ujian itu ditujukan orang yang baik dan taat kepada Allah swt yang dimaksudkan untuk mengetahui kadar atau kualitas kebaikan atau keimanannya. Nabiyullah Ayyub As seorang Nabi yang paling sabar, taat dan patuh kepada Allah swt, pernah diuji dengan banyak cobaan, mulai rumahnya hanyut, anak-anaknya meninggal, hingga penyakit kulit yang parah bertahun-tahun lamanya hingga sang istri meninggalkannya. Dalam sakitnya nabi Ayub As selalu berdoa kepada Allah swt ” Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. (QS. al-Anbiya; 83).
Jika Korona dimaknai sebagai hukuman, maka wabah itu ditujukan kepada orang yang salah, jahat dan suka melanggar aturan Allah yang mengandung maksud untuk memberi sanksi atas kesalahan, pelanggaran serta kedholiman yang telah dilakukan.
Telah banyak umat terdahulu yang diberi hukuman dari Allah akibat kedholiman, kesombongan dan pengingkaran kepada perintah-Nya. Umat nabi Nuh diberi huku
an berupa hujan, banjir sampai meneggelamkan siapapun yang melanggar perintah Allah swt, sedangkan Nabi Nuh dan umatnya yang taat dan patuh diselamtkan dari bencana tersebut. ” Dan di firmankan : Hai bumi, talanlah air, hai langit tahanlah hujan. Kemudian surutlah air itu, sedang kapal nabi Nuh kandas diatas bukit bernama Judi, serta difirmankan; binasalah kaum yang aniaya itu (QS. Hud: 44).
Umat nabi Hud yang biasa disebut kaum Ad juga diberi hukuman atas kedholiman dan ketidakpatuhan kepada Allah swt. Allah berfirman “Sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan, seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?” (QS. Al-Haqqah: 6-8).
Kaum ad umat nabi Hud dan kaum tsamud umat nabi Sholeh dikenal umat yang selalu membangkang dan mengingkari perintah Allah, oleh karena itu kedua umat tersebut di beri hukuman yang sangat dahsyat berupa petir yang sangat mengerikan. Seperti firman Allah swt ” Kaum ‘Aad pun mendustakan(pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.” (QS: Al Qamar : 18).
“Jika mereka berpaling maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud.” (QS: Fushilat: 13).
Bagaimana Sikap kita?
Bagi orang muslim (beriman) virus korona yang ditetapkan sebagai Pandemi oleh WHO adalah ujian dari Allah swt. Karena manusia hidup tidak bisa lepas dari ujian. Firman Allah swt. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”(Q.S Al Baqarah : 155).
Virus korona sebagai ujian harus dijadikan sarana untuk mewasdiri (muhasabah) atas berbagai kekurangan yang telah dilakukan untuk meningkatkan amal baik, ketaatan dan kepatuhan kepada Allah swt. Wabah virus korona harus dijadikan momentum untuk memperbaiki ucapan, sikap dan tindakan (perilaku) agar lebih baik dari kemarin. Peristiwa warna virus korona harus menjadikan diri kita semakin empati dan rukun kepada sesama tanpa mandang agama, suku, warna kulit dan golongan.
Kita tidak perlu menghujat atau mencaci maki siapapun khususnya saudara saudara yang terjangkit virus korona. Harus kita doakan dan kita bantu sesuai kepasitas kita secara proporsional. Pandemi virus korona jangan dijadikan sarana untuk saling menjatuhkan satu dengan lainya, jangan justru memperkeruh suasana dengan memposting kabar bohong ( hoax) yang hanya akan menambah bingung dan panik sesama manusia. Yakinlah bagi bangsa Indonesia, wabah virus korona bukan sebagai hukuman melainkan benar benar sebagai ujian yang perlu disikapi dengan peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Tuhan yang Maha kuasa. Semoga dibalik ujian ini ada hikmah yang baik bagi seluruh bangsa Indonesia. Amien YRA. (AJ/YM)
Dr. M. Saekan Muchith, S.Ag, M.Pd Dosen Pascasarjana IAIN Kudus, Koordinator Wilayah I Aliansi Dosen NU Wilayah Jateng- DIY.
sumber selengkapnya:
Read more
tanggal : 2 hari lalu
Judul : Mensikapi Wabah Virus Korona
Link :https://isknews.com/mensikapi-wabah-virus-korona/?fbclid=IwAR1pjI7PPM1vmRX7suyKKsXPz-C_oRM3GARj-sTQnpBk22RwTSEJLjwcrFc
Setiap peristiwa di dunia selalu
berlaku hukum kemungkinan ( Probabilitas), yaitu mungkin bermakna positif atau
negatif. Mewabahnya virus korona (covid 19) yang terjadi di seluluruh dunia
juga berlaku hukum probabilias, artinya bisa bermakna ujian atau hukuman dari
Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Jika korona dipahami sebagai ujian, maka ujian itu ditujukan
orang yang baik dan taat kepada Allah swt
yang dimaksudkan untuk mengetahui kadar atau kualitas kebaikan atau
keimanannya. Nabiyullah Ayyub As seorang Nabi yang paling sabar, taat dan
patuh kepada Allah swt, pernah diuji dengan banyak cobaan, mulai rumahnya
hanyut, anak-anaknya meninggal, hingga penyakit kulit yang parah bertahun-tahun
lamanya hingga sang istri meninggalkannya. Dalam sakitnya nabi Ayub As selalu
berdoa kepada Allah swt ” Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua
penyayang”. (QS. al-Anbiya; 83).
Jika Korona dimaknai sebagai hukuman, maka wabah itu
ditujukan kepada orang yang salah, jahat dan suka melanggar aturan Allah yang
mengandung maksud untuk memberi sanksi atas kesalahan, pelanggaran serta
kedholiman yang telah dilakukan.
Telah banyak umat terdahulu yang diberi hukuman dari Allah
akibat kedholiman, kesombongan dan pengingkaran kepada perintah-Nya. Umat nabi
Nuh diberi huku
an berupa hujan, banjir sampai meneggelamkan siapapun yang
melanggar perintah Allah swt, sedangkan
Nabi Nuh dan umatnya yang taat dan patuh diselamtkan dari bencana
tersebut. ” Dan di firmankan : Hai bumi, talanlah air, hai langit tahanlah
hujan. Kemudian surutlah air itu, sedang kapal nabi Nuh kandas diatas bukit
bernama Judi, serta difirmankan; binasalah kaum yang aniaya itu (QS. Hud: 44).
Umat nabi Hud yang biasa disebut kaum Ad juga diberi hukuman
atas kedholiman dan ketidakpatuhan kepada Allah swt. Allah berfirman “Sedangkan
kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. Allah menimpakan angin itu kepada mereka
selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada
waktu itu mati bergelimpangan, seperti batang-batang pohon kurma yang telah
kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di
antara mereka?” (QS. Al-Haqqah: 6-8).
Kaum ad umat nabi Hud dan kaum tsamud umat nabi Sholeh
dikenal umat yang selalu membangkang dan mengingkari perintah Allah, oleh
karena itu kedua umat tersebut di beri hukuman yang sangat dahsyat berupa petir
yang sangat mengerikan. Seperti firman Allah swt ” Kaum ‘Aad pun
mendustakan(pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.”
(QS: Al Qamar : 18).
“Jika mereka berpaling maka katakanlah: “Aku telah
memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan
Tsamud.” (QS: Fushilat: 13).
Bagaimana Sikap kita?
Bagi orang muslim (beriman) virus korona yang ditetapkan
sebagai Pandemi oleh WHO adalah ujian dari Allah swt. Karena manusia hidup
tidak bisa lepas dari ujian. Firman Allah swt. “Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.”(Q.S Al Baqarah : 155).
Virus korona sebagai ujian harus dijadikan sarana untuk
mewasdiri (muhasabah) atas berbagai kekurangan yang telah dilakukan untuk
meningkatkan amal baik, ketaatan dan kepatuhan kepada Allah swt. Wabah virus
korona harus dijadikan momentum untuk memperbaiki ucapan, sikap dan tindakan
(perilaku) agar lebih baik dari kemarin. Peristiwa warna virus korona harus
menjadikan diri kita semakin empati dan rukun kepada sesama tanpa mandang
agama, suku, warna kulit dan golongan.
Kita tidak perlu menghujat atau mencaci maki siapapun khususnya
saudara saudara yang terjangkit virus korona. Harus kita doakan dan kita
bantu sesuai kepasitas kita secara proporsional. Pandemi virus korona
jangan dijadikan sarana untuk saling menjatuhkan satu dengan lainya,
jangan justru memperkeruh suasana dengan memposting kabar bohong ( hoax)
yang hanya akan menambah bingung dan panik sesama manusia. Yakinlah
bagi bangsa Indonesia, wabah virus korona bukan sebagai hukuman
melainkan benar benar sebagai ujian yang perlu disikapi dengan
peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Tuhan yang Maha kuasa.
Semoga dibalik ujian ini ada hikmah yang baik bagi seluruh bangsa
Indonesia. Amien YRA. (AJ/YM)
Dr. M. Saekan Muchith, S.Ag, M.Pd Dosen Pascasarjana IAIN
Kudus, Koordinator Wilayah I Aliansi Dosen NU Wilayah Jateng- DIY.
Read more
tanggal : 2 hari lalu
Judul : Mensikapi Wabah Virus Korona
Link :
https://isknews.com/mensikapi-wabah-virus-korona/?fbclid=IwAR1pjI7PPM1vmRX7suyKKsXPz-C_oRM3GARj-sTQnpBk22RwTSEJLjwcrFc
Setiap peristiwa di dunia selalu
berlaku hukum kemungkinan ( Probabilitas), yaitu mungkin bermakna positif atau
negatif. Mewabahnya virus korona (covid 19) yang terjadi di seluluruh dunia
juga berlaku hukum probabilias, artinya bisa bermakna ujian atau hukuman dari
Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Jika korona dipahami sebagai ujian, maka ujian itu ditujukan
orang yang baik dan taat kepada Allah swt
yang dimaksudkan untuk mengetahui kadar atau kualitas kebaikan atau
keimanannya. Nabiyullah Ayyub As seorang Nabi yang paling sabar, taat dan
patuh kepada Allah swt, pernah diuji dengan banyak cobaan, mulai rumahnya
hanyut, anak-anaknya meninggal, hingga penyakit kulit yang parah bertahun-tahun
lamanya hingga sang istri meninggalkannya. Dalam sakitnya nabi Ayub As selalu
berdoa kepada Allah swt ” Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua
penyayang”. (QS. al-Anbiya; 83).
Jika Korona dimaknai sebagai hukuman, maka wabah itu
ditujukan kepada orang yang salah, jahat dan suka melanggar aturan Allah yang
mengandung maksud untuk memberi sanksi atas kesalahan, pelanggaran serta
kedholiman yang telah dilakukan.
Telah banyak umat terdahulu yang diberi hukuman dari Allah
akibat kedholiman, kesombongan dan pengingkaran kepada perintah-Nya. Umat nabi
Nuh diberi huku
an berupa hujan, banjir sampai meneggelamkan siapapun yang
melanggar perintah Allah swt, sedangkan
Nabi Nuh dan umatnya yang taat dan patuh diselamtkan dari bencana
tersebut. ” Dan di firmankan : Hai bumi, talanlah air, hai langit tahanlah
hujan. Kemudian surutlah air itu, sedang kapal nabi Nuh kandas diatas bukit
bernama Judi, serta difirmankan; binasalah kaum yang aniaya itu (QS. Hud: 44).
Umat nabi Hud yang biasa disebut kaum Ad juga diberi hukuman
atas kedholiman dan ketidakpatuhan kepada Allah swt. Allah berfirman “Sedangkan
kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. Allah menimpakan angin itu kepada mereka
selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada
waktu itu mati bergelimpangan, seperti batang-batang pohon kurma yang telah
kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di
antara mereka?” (QS. Al-Haqqah: 6-8).
Kaum ad umat nabi Hud dan kaum tsamud umat nabi Sholeh
dikenal umat yang selalu membangkang dan mengingkari perintah Allah, oleh
karena itu kedua umat tersebut di beri hukuman yang sangat dahsyat berupa petir
yang sangat mengerikan. Seperti firman Allah swt ” Kaum ‘Aad pun
mendustakan(pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.”
(QS: Al Qamar : 18).
“Jika mereka berpaling maka katakanlah: “Aku telah
memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan
Tsamud.” (QS: Fushilat: 13).
Bagaimana Sikap kita?
Bagi orang muslim (beriman) virus korona yang ditetapkan
sebagai Pandemi oleh WHO adalah ujian dari Allah swt. Karena manusia hidup
tidak bisa lepas dari ujian. Firman Allah swt. “Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.”(Q.S Al Baqarah : 155).
Virus korona sebagai ujian harus dijadikan sarana untuk
mewasdiri (muhasabah) atas berbagai kekurangan yang telah dilakukan untuk
meningkatkan amal baik, ketaatan dan kepatuhan kepada Allah swt. Wabah virus
korona harus dijadikan momentum untuk memperbaiki ucapan, sikap dan tindakan
(perilaku) agar lebih baik dari kemarin. Peristiwa warna virus korona harus
menjadikan diri kita semakin empati dan rukun kepada sesama tanpa mandang
agama, suku, warna kulit dan golongan.
Kita tidak perlu menghujat atau mencaci maki siapapun khususnya
saudara saudara yang terjangkit virus korona. Harus kita doakan dan kita
bantu sesuai kepasitas kita secara proporsional. Pandemi virus korona
jangan dijadikan sarana untuk saling menjatuhkan satu dengan lainya,
jangan justru memperkeruh suasana dengan memposting kabar bohong ( hoax)
yang hanya akan menambah bingung dan panik sesama manusia. Yakinlah
bagi bangsa Indonesia, wabah virus korona bukan sebagai hukuman
melainkan benar benar sebagai ujian yang perlu disikapi dengan
peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Tuhan yang Maha kuasa.
Semoga dibalik ujian ini ada hikmah yang baik bagi seluruh bangsa
Indonesia. Amien YRA. (AJ/YM)
Dr. M. Saekan Muchith, S.Ag, M.Pd Dosen Pascasarjana IAIN
Kudus, Koordinator Wilayah I Aliansi Dosen NU Wilayah Jateng- DIY.
Read more
tanggal : 2 hari lalu
Judul : Mensikapi Wabah Virus Korona
Link :
https://isknews.com/mensikapi-wabah-virus-korona/?fbclid=IwAR1pjI7PPM1vmRX7suyKKsXPz-C_oRM3GARj-sTQnpBk22RwTSEJLjwcrFc