Selamat Datang Sahabat Cemerlang

Monday, 29 May 2017

Ramadan dan Manusia Nahwu


Oleh M Saekan Muchith
 LENTERA STAIN KUDUS
”HAI orang orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al Baqarah : 183). Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu tujuan diwajibkan melaksanakan ibadah puasa Ramadan bagi orang beriman adalah supaya menjadi orang bertakwa.

Secara bahasa, takwa adalah orang yang berusaha konsisten menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, baik dilakukan secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi.

Takwa berkaitan dengan proses untuk meningkatkan sikap dan perilaku selalu lebih baik dari sebelumnya. Dengan kata lain orang yang bertakwa adalah yang selalu berkualitas, baik sikap kepribadian maupun perilaku kehidupan sehari-harinya.

Agar manusia tetap berkualitas maka harus bisa mengambil inspirasi dari ilmu nahwu sharaf. Ada empat kata dalam ilmu nahwu sharaf yang bisa menjadi inspirasi agar manusia tetap berkualitas, yang merupakan produk dari ibadah puasa Ramadaan.

Pertama, fi’il atau disebut kata kerja yaitu kata yang berkaitan dengan perbuatan atau pekerjaan. Fi’il merujuk kepada suatu tugas, pekerjaan atau tanggung jawab yang harus dilakukan.

Manusia fi’il berarti manusia yang memiliki tugas, tanggung jawab, pekerjaan yang jelas. Kedua, faíil yang berarti pelaku atau yang melakukan suatu pekerjaan. Manusia fa’il adalah orang yang selalu melakukan kegiatan atau pekerjaan tertentu.

Artinya rajin dan terampil menjalankan tugas yang diberikan kepadanya. Ketiga, mubtada. Dalam ilmu nahwu, posisi mubtada sangat sentral. Artinya manusia mubtada harus mampu berperan sentral dan strategis.

Konsekuensinya harus memiliki ide, gagasan yang bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Manusia mubtada adalah orang yang memiliki ide gagasan dan kreativitas serta inovasi bagi banyak orang.

Keempat, khabar yang berarti informasi. Manusia khabar adalah manusia yang memiliki banyak informasi sehingga memiliki wawasan luas tentang berbagai persoalan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Puasa Ramadan yang dilaksanakan oleh umat Islam yang beriman harus mampu melahirkan profil manusia bahwu dengan empat karakter. Apakah puasa kita benar benar mampu melahirkan kepribadian nahwu? Semuanya bergantung para pelaku puasa itu sendiri. Semoga puasa kita bisa penuh berkah. (H15-14)

— Penulis dosen STAIN Kudus, Sekretaris Majelis Alumni IPNU Jawa Tengah, Ketua Ikatan Alumni PMII Kabupaten Kudus

Sumber: http://berita.suaramerdeka.com
selengkapnya klik disini

0 komentar:

Post a Comment