Memahami anak yang tumbuh remaja terbilang cukup rumit. Perubahan sikap
dan perilakunya bisa cukup membingungkan. Hal ini bisa membuat orang tua
jadi kesulitan untuk mengarahkannya dengan baik.
Perlu diketahui
bahwa saat anak memasuki usia remaja, mereka akan mengalami perubahan
hormonal di mana periode transisi hormonal ini menjadi faktor yang
mempengaruhi perubahan psikologis maupun fisik yang mengakibatkan
terjadinya kerentanan remaja. Menurut psikolog, Elizabeth Santosa,
periode pada masa remaja ini bisa disebut storm period. Artinya di periode ini anak-anak akan merasakan perubahan mood yang tak menentu dan tak diketahui penyebab pastinya.
"Perubahan
hormonal seperti kulit akan lebih sensitif apabila disentuh , lebih
cepat berjerawat. Bahkan, remaja sekarang lebih berpenampilan tidak
sesuai dengan usianya seperti ke sekolah sudah pakai lipstik dan alis,
jadi kita sulit membedakan mana anak remaja atau dewasa. Untuk itu kita
dapat membentuk remaja tersebut agar lebih baik. Asalkan jangan salah
asuh, jika salah maka akan gawat karena mereka lebih dengan pikiran
abstrak tapi tidak tahun arahnya ke mana. Sebab itu remaja sangat
mengalami beberapa kondisi yang memperlihatkan mereka belum matang atau
dewasa," tutur psikolog yang lebih akrab disapa Lizie ini saat ditemui
di Jakarta.
Untuk itu kita sebagai orang tua perlu memahami
beberapa kondisi yang rentan terjadi pada remaja. Moms perlu
memperhatikannya dengan baik agar nantinya bisa memberi pengarahan lebih
tepat pada anak yang mulai beranjak dewasa.
1. Argumentatif
Remaja,
menurut Lizie, identik dengan sifat suka melawan dan kritis baik dari
cara bertutur kata maupun tindakan. Hal ini menurut Lizie terjadi karena
fungsi kognitif remaja belum sempurna sehingga membuat mereka suka
berdebat dengan siapapun termasuk orangtuanya. Jadi, orangtua pun harus
memiliki wawasan yang luas, jangan mau kalah dengan sang anak.
"Remaja
sangat wajar berargumen, remaja yang alim, sopan, atau lebih banyak
diam yang justru tidak normal. Tapi argumennya di sini belum sempurna,
jadi hanya tukang protes tapi belum paham. Orang tua nggak usah cemas
yang penting orang tua bisa komunikasi yang benar dengan anak," tutur
Lizie.
2. Pemikiran yang Labil
Lizie mengatakan, masa
remaja merupakan masa peralihan yang membuat anak sibuk mencari
informasi dari berbagai sumber. Namun karena kondisi psikologis dan
kognitifnya yang belum matang, para remaja kerap bimbang dengan
keputusannya.
"Anak-anak masih labil tapi terlalu idealisme,
sebenarnya ini normal. Tapi orang tua harus tetap mengawasinya karena ia
masih mencari jati diri mudah dipengaruhi, mudah ikut-ikutan teman,
gampang bawa perasaan, jika salah pergaulan akan sangat bahaya," ucap
Lizie.
3. Penampilan Nomor Satu
Memasuki masa remaja,
mereka akan mulai memperhatikan penampilannya. Bagi mereka penampilan
ialah nomor satu karena mereka merasa orang lain memperhatikan mereka
meski kenyataannya tidak.
Menurut Lizie, kondisi ini akan
membuat mereka depresi berat. "Satu jerawat aja mereka mikir orang lain
akan memperhatikan mereka, hedonisme, selalu mengikuti perkembangan
zaman seperti temannya memiliki barang baru, ia pun pengen, kondisi ini
sangat rentan terjadi bunuh diri pada remaja," kata Lizie.
4. Nekat
Suasana
hati yang naik turun pada remaja, justru cenderung membuat mereka nekat
melakukan hal apapun, bahkan yang berbahaya bagi mereka. Lizie
mengatakan, inilah alasan mengapa anak menjadi pelaku kekerasan,
pelecehan, serta bullying karena jiwanya merasa tertantang melakukan hal yang mereka belum pernah lakukan.
Mengarahkan
anak yang tumbuh remaja memang tidak gampang. Tapi kita bisa belajar
untuk memahami mereka dengan baik. Buat mereka merasa nyaman dengan
kita, maka nantinya mereka akan lebih mudah dididik. Semoga info di atas
bisa bermanfaat, Moms.
Wednesday, 11 January 2017
Home »
keluarga
,
love
,
relathionship
» Agar Remaja Tak Salah Pergaulan, Orang Tua Wajib Memahami Ini
0 komentar:
Post a Comment